MAKALAH
PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Menurut
PSAK No. 1 (revisi 2009) par 9: Laporan keuangan adalah suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Dimana
tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Sebelumnya,
seperti yang dituangkan dalam PSAK No. 1 (revisi 1998), perusahaan hanya
diwajibakan untuk melaporkan/ menyusun laporan laba rugi sebagai bagian dari
laporan keuangan. Sementara menurut PSK No. 1 (revisi 2009), perusahaan
diwajibkan untuk menyusun laporan laba rugi komprehansif. Untuk itu perusahaan
wajib mencantumkan komponen pendapatan komprehansif lain dalam laporan laba
rugi komprehensif yang disusunnya. Hal ini bertujuan supaya didapat laporan
laba rugi yang andal.
Melihat
sangat pentingnya pemeriksaan atas perkiraan laba rugi suati instansi atau
perusahaan. Maka, perlu dibahas secara lebih mendalam dalam memahami laporan
laba rugi tersebut. baik dari sisi sifatnya, contoh, tujuan maupun prosedur
yang digunakan dalam pemeriksaan atas perkiraan laba rugi.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah
yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana
sifat dan contoh pemeriksaan atas perkiraan laba rugi?
2. Apa
tujuan pemeriksaan pemeriksaan atas perkiraan laba rugi?
3. Bagaimana
prosedur audit pemeriksaan atas perkiraan laba rugi?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini sebagai
berikut:
1. Mengetahui
sifat dan contoh pemeriksaan atas perkiraan laba rugi.
2. Mengetahui
Tujuan pemeriksaan pemeriksaan atas perkiraan laba rugi.
3. Mengetahui
Prosedur audit pemeriksaan atas perkiraan laba rugi.
BAB II
ISI
A.
Sifat
dan Contoh
Perkiraan laba rugi (profit and loss accounts) terdiri atas
perkiraan pendapat operasional, harga pokok penjualan, beban operasional,
pendapatan, dan beban di luar operasional dari pos luar biasa.[1]
1.
Menurut
SAK ETAP (IAI, 2009: 114)[2]
Entitas harus mengukur pendapatan
berdasarkan nilai wajar atas pembayaran yang diterima atau masih harus
diterima. Nilai wajar tersebut tidak termasuk jumlah diskon penjualan dan
potongan volume. Entitas harus mengakui pendapatan dari suatu penjualan barang
jika semua kondisi berikut terpenuhi.
a. Entitas
telah mengalihkan risiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan barang
kepada pembeli.
b. Entitas
tidak mempertahankan atau meneruskan baik ketertiban manajerial sampai kepada
tingkat biasanya diasosiasikan dengan kepemilikan maupun contol efektif atas
barang yang terjual.
c. Jumlah
pendapatan dapat diukur secara andal.
d. Ada kemungkinan besar manfaat ekonomi yang
berhubungan dengan transaksi akan mengalir masuk ke dalam entitas.
e. Biaya
yang telah atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi dapat diukur secara
andal.
Jika hasil kontrak kontruksi dapat
diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapat kontrak dan biaya
kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi masing-masing sebagai pendapat
dan beban uang disesuaikan dengan tingkat penyelesaian aktivitas kontrak pada
akhir periode pelaporan (sering kali dimaksudkan sebagai metode persentase
penyelesaian). Hasil suatu transaksi dapat diestimasi secara andal jika
memenuhi semua kondisi berikut.
a. Jumlah
pendapatan dapat diukur secara andal.
b. Ada
kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan
mengalir kepada entitas.
c. Tingkat
penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal.
d. Biaya
yang terjadi dalam transaksi dan biaya penylesaian transaksi dapat diukur
secara andal.
Jika hasil kontrak konstruksi dapat
diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan kontrak dan
biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi masing-masing sebagai
pendapatan dan beban yang disesuaikan dengan tingkat penyelesaian aktivitas
kontrak pada akhir periode pelaporan (sering kali dimaksudkan sebagai metode
persentase penyelesaian). Estimasi hasil yang andal membutuhkan estimasi
tingkat penyelesaian, biaya masa depan dan kolektibilitas tagihan yang andal.
Etimasi harus menentukan tingkat
(penyelesaian dari suatu transaksi atau kontrak dengan menggunakan metode yang
dapat mengukur dengan andal sebagaian besar pekerjaan yang dilaksanakan. Metode
yang mungkin meliputi berikut ini.
a. Proporsi
biaya yang terjadi dari pekerjaan yang talah diselesaikan sampai sekarang
dibandingkan dengan total estimasi biaya. Biaya yang terjadi dari pekerjaan
yang telah diselesaikan sampai sekarang tidak termasuk biaya yang berhunbungan
dengan aktivitas masa depan, seperti bahan baku atau pembayaran di muka.
b. Survei
atas pekerjaaan yang telah diselesaikan.
c. Penyelesaian
proporsi fisik dari transaksi jasa atau kontrak kerja.
2.
SAK
ETAP (IAI, 2009: 121)[3]
Bunga, Royalti,
dan Dividen
Entitas harus mengakui pendapatan
yang muncul dari penggunaan aser oleh entitas yang lain yang menghasilkan
bunga, royalti, dan dividen atas dasar yang ditetapkan ketika:
a. Ada
kemungkinan bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan
mengalir kepada entitas; dan
b. Jumlah
pendapatan tersebut dapat diukur secara andal.
Entitas
harus mengakui pendapatan atas dasar:
a. Bunga
harus diakui secara akrual;
b. Royalti
harus diakui dengan menggunakan dasar akrual sesuai dengan substansi dari
perjanjian yang relevan; dan
c. Dividen
harus diakui ketika hak pemegang saham untuk menerima pembiayaan talah terjadi.
3.
Menurut
PSAK No. 23 (Revisi 2010) 23,1[4]
Penghasilan
didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
sebagai kenaikan manfaat ekonomi selam satu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aset, atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Penghasilan meliputi pendapatan maupun keuntungan. Pendapatan adalah
penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan
dikenal dengan sebutan yang brbeda, sperti penjualan, penghasilan jasa, bunga,
dividen, royalti dan sewa.
Nilai
wajar adalah jumlah suatu aset dapat
dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang berkeinginan
dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi yang wajar.
Pendapatan
adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan
akuitas yang tidak berasa; dari
kontribusi penanaman modal. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang
diterima atau dapat diterima.
Pendapatan dari penjualan barang
diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi.
a. Entitas
telah memindahkan risiko dan manfaat kepemiikan secara signifikan kepada
pembeli.
b. Entitas
tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan
atas barang maupun melakukan pengendalian afektif atas barang yang dijual.
c. Jumlah
pendaptan dapat dukur secara andal.
d. Kemungkinan
besar manfaat ekonomu yang tekait dengan transaksi tersebut akan mengalir ke
entitas.
e. Biaya
yang terjadi atau yang akan terjasi sehubungan transaksi penjualan tersebut
dapat diukur secara andal.
Penjualan
Jasa
Jika
hasil transaksi yang tekait dengan penjualan jasa dapat diestimasi secara
andal, mapa pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut diakui dengan acuan
pada tingakat penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil
tranksaksi dapat diestimasi secara andal jika seluruh kondisi beriktu dipenuhi.
1) Jumlah
pendapatan dapat diukur secara andal.
2) Kemungkinan
besar menfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas.
3) Tingakat
penyrelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur
secara andal.
4) Biaya
yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaiakan transaksi tersebut
dapat diukur secara andal.
Menurut
PSAK No. 23 (Revisi 2010) 23, 11[5]
Pendapatan yang timbul dari
penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang mrnghasilkan bunga, royalti, dan
dividen diakui dengan dasar yang dijelaskan, jika:
a. Kemungkinan
besar manfaat ekonomi sehubingan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas;
dan
b. Jumlah
pendapatan dapat diukur secara andal.
Pendapatan
diakui fengan dasar sebagai berikut.
a. Bungan
diakui menggunakan metode suku bunga efektif sebagaimana yang dijelaskan di
PSAK 55 (Revisi 2006): instrumen Keuangan: Pwngkuan dan Pengukuran.
b. Royalti
diakui dengan dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan.
c. Dividen
diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
Jika bunga yang belum dibayar telah
diakru sebelum pembelian investasi yang berbunga, maka penerimaan bunga
kemudian dialokasikan antara periode sebelum pembelian dan sesudah pembelian:
hanya bagian setelah pembelian yang diakui sebagai pendapatan. Royalti diakru
sesuai dengan syarat perjanjian yang relevan dan pendapatan juga umumnya diakui
dengan dasar tersebut kecuali, dengan memperhatikan substansi perjanjian, akan
lebih sesuai untuk mengkui pendapatan atas dasar sistematis dan rasional lain. Pendapatan
diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas. Namun, jika ketidakpastian timbul dari
kolektibilitas jumlah tertentu yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah
yang tidak dapat ditagih, atau jumlah yang kemungkinan pemulihannya tidak esar
lagi, maka jumlah tersebut diakui sebagai beban, bukan penyalesaian terhasap
jumlah yang diakui semula.
Pengungkapan[6]
1.
Menurut
SAK ETAP (IAI, 2009: 122)
Entitas
harus mengungkapkan:
a. Kebijakan
akuntansi yang ditetapkan sebagai dasar pengakuan pendapatan, termasuk metode
yang diterapkan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang melibatkan
penyediaan jasa;
b. Jumlah
setiap kategori pendapatan yagn diakui selama periode, termasuk pendapatan
yaang timbul dari:
(i)
Penjualan baranag;
(ii)
Penyediaan jasa;
(iii)
Bunga;
(iv)
Royalti;
(v)
Dividen;
(vi)
Jenis pendapatan signifikan
lainnya.
Entitas
harus mengungkapkan:
a. Jumlah
pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan dalam periode pelaporan;
b. Metode
yang digunakan untuk menentukan pendapaatan kontrak yang diakui dalam periode
pelaporan;
c. Metode
yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian kontrak yang sedang
berjalan.
Entitas
harus menyajikan:
a. Jumlah
bruto kontrak perjanjian yang sudah menjadi hak sebagai suatu aset; dan
b. Jumlah
bruto kontrak kerja yang terutang kepada pelanggan sebagai suatu kewajiban.
2.
Menurut
PSAK NO. 23 (Revisi 2010) 23, 12
Entitas
mengungkapkan:
a. Kebijakan
akuntansi yang digunakan untuk mengakui pendapatan, termasuk metode yang
digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa;
b. Jumlah
setiap kategoru signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut,
termasuk pendapatan yang berasal dari:
(i)
Penjualan barang;
(ii)
Penualan jasa;
(iii)
Bunga;
(iv)
Royalti;
(v)
Dividen; dan
c. Jumlah
pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercangkup dalam
setiap kategori signifikan dari pendapatan.
Menurut
Penulis[7]
Keuntungan (gain) bisa berasal dari penjualan aset tetap (gain on sale of fixed asets), tukar tambah aset tetap tidak sejenis
(gain on trade-in), keuntungan kurs (foreign exchange gain).
Pos
luar biasa maksudnya kerugian yang timbul dari
kejadian atau transaksi yang bersifat tidak normal dan tidak sering terjadi.
Misalnya kerugian sebagai akibat gempa bumi, kebakaran atau banjir. Kerugian
tersebut setelah dikurangi dengan klaim asuransim jka asa, disajikan sebagai
pos luar biasa dalam laporan laba rugi.
Harga
pokok penjualan adalah jumlah yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh barang yang terjual (cost of merchandise sold) atau untuk
memproduksi barang yang terjual (cost of
goods sold). Cost of merchandise sold di suatu perusahaan dagang sapat
dihitung sebagai berikut (perusahaan menggunakan physical system).
Persedian
awal barang dagangan Rp xxx
+/+ pembelian neto Rp xxx
Barang
dagangan yang tersedia untuk dijual Rp xxx
-/- persediaan akhir barang dagangan Rp xxx
Harga
pokok penjualan
(cost of merchandise sold) Rp xxx
Cost of goods sold
di suatu perusahaan industri dapat dihitung sebagai berikut (perusahaan
menggunakan physical system.
Persediaan
awal bahan baku Rp xxx
+/+ pembelian bersih Rp xxx
Bahan
baku yang tesedia untuk dipakai Rp xxx
-/- persediaan akhir bahan baku Rp xxx
Pemakaian
bahan baku Rp xxx
Upaya
langsung Rp xxx
Overhead
pabrik Rp xxx
Biaya
produksi (cost prosduction) Rp xxx
+/+ persediaan awal barang dalam proses Rp xxx
-/- persediaan akhir barang dalam proses Rp xxx
Biaya
pabrikasi (cost pf goods manufactured) Rp xxx
+/+ persediaan awal barang jadi Rp xxx
-/- persediaan akhir barang jadi Rp xxx
Harga
okok penjualan
(cost of goods sold) Rp xxx
Beban operasi (operating evpanses)
terdiri dari beban penjualan (selling
expenses) dan beban umum dan administrasi (general and administrative expenses). Contoh selling expanses antara lain: gaji bagian penjualan, komisi
salesman, biaya iklan, promosi, entertainment, transportasi, dan lain-lain.
Sedangkan contoh general and
andministrative expanses antaara lain: gaji bagian akuntansi dan keuangan,
personalia dan umum, biaya sewa, listrik, air, telepon, entertainment,
perjalanan dinas, penyusutan inventaris kantor dan lain-lain.
Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pemeriksaan laba rugi adalah sebagai berikut.
1. Prinsip
conservatism dalam pengakuan
pendapatan dan beban.
a. Beban
yang belum pasti tejasdi tetapi diperkirakan akan menjadi beban perusahaan pada
periode yang diperiksa, jumlahnya bisa diestimasi dan cukup meterial, harus
dicacat sebagai beban. Misalnya garansi untuk penjualan produk perusahaan
(barang-baarang elektronik) harus di-accrued par tanggal laporan posisi keuangan
(neraca).
b. Pendapatan
yang belum pasti terjadi, belum boleh dicacat sebagai pendapatan perusahaan.
Pendapatan pada umumnya diakui pada
saat penyerahan barang (untuk perusahaan dagang dan industri), pada saat
penyerahan jasa atau pada saat bisa untuk dibuatkan faktur (untuk perusahaan
jasa). Pengecualiannya, antara lain:
1) Diakui
pada saat penerimaan uang, misalnya untuk penjualan tunai dan penjualan
cicilan;
2) Untuk
perusahaan kontraktor ada dua pilihan pengakuan pendapatan yaitu metode kontrak
selesai (completed contact method) dan metode persentase penyelesaian
(percentage of completion method);
3) Untuk
jenis barang tertentu yang harga jualnya sudah pasti, barangnya pasti terjual
atau cepat rusak, pendapatan bisa diakui pada saat selesainya produksi. Misalnya,
untuk logam mulia dan hasil pertanian.
2. Konsep
Matching Cost Against Revenue
Dalam
laporan laba rugi harus dibandingkan pendapatan yang menjadi hak perusahaan
dalam periode yang diperiksa dengan biaya yang menjadi beban perusahaan untuk
periode yang sama, tanpa memperhatikan apakah uangnya sudah diterima (untuk
pendapatan) dan dibayarkan (untuk biaya) atau belum. Dalam hal ini, menurut
ETAP/PSAK/IFRS, pendapatan dan beban harus dicatat dengan dasar akrual (accrual basic) bukan dasar kas (cash basic).
Dalam
memeriksa pendapatan dan biaya, auditor harus memperhatikan jangan sampai ada
pergeseran waktu dalam pengakuan pendapatan dan beban. Misalkan auditor
memeriksa laba rugi untuk tahin 2011, yang dilaporkan perusahaan sebagai
pendapatan tahun 2011 haruslah pendapatan yang betul-betul menjadi hak
perusahaan dalam tahun 2011. Begitu juaga yang dilaporkan sebagai beban tahun
2011 haruslah yang betul-betul merupakan beban perusahaan dalam tahun 2011.

·
Pendapatan 2011,
uangnya diterima di 2011
·
Pendapatan 2011,
uangnya diteriman di 2012 (accrued income)
·
Pendapatan 2011,
uangnya diterima di 2010 (unearned revenue)
Pendapatan
Beban
1/1/11 31/12/11
·
Beban 2011, uangnya
dibayar di 2011
·
Beban 2011, uangnya
dibayar di 2012 (accrued expenses)
·
Beban 2011, uangnya
dibayar di 2010 (prepaid expenses)
3. Waktu
yang digunakan untuk memeriksa perkiraan pendapatan dan beban (pos-pos laba
rugi) tidak sebanyak waktu yang digunakan untuk memeriksa pos-pos laporan
posisi keuangan (neraca), karena beberapa alasan berikut.
a. Pada
waktu memeriksa pos laporan posisi keuangan (neraca), sekaligus sudah diperiksa
(dikaitkan dengan) pos laba rugi yang bersangkutan, misalnya:
Pos Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
|
Pos Laba Rugi
|
Kas
|
Selisih kas, selisih kurs
|
Bank
|
Selisih kurs, biaya bank, jasa giro
|
Piutang persediaan
|
Selisih kurs, bad dept expenses
|
Prepayment
|
Selisis stock opname, harga pokok penjualan
|
Marketable Securities
|
Rent expense, insurance expense
|
Fixed Asets
|
Interest income, dividen incom, laba rugi penjualan surat berharga
|
Intangible Assets
|
Biaya penyusutan, gain or loss on disposal of fixed assets
|
Accrued Expanses
|
Biaya amortisasi
|
Short Term Loan
|
Macam-macam biaya
|
Long Term Loan
|
Biaya bunga, selisih kurs
|
Menurut stsndar akuntansi keuangan
di Indonesia, transaksi yang terjadi dalam mata uang asing harus dicatat dengan
menggunakan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi; aset dan kewjiban
moneter yang tercantum dalam mata uang asinga pada tanggal laporan posisi
keuangan (neraca), harus dinkonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca); selisih
kurs yang terjasi dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
Kurs tengah maksudnya kurs beli
ditambah kurs jual lalu dibagi dua. Yang dimaksusd aset moneter adalah kas,
bank, piutang, sedangkan liabilitas meoneter adalah liabilitas jangka pendek
dan liabilitas jangka panjang.
Misalkan PT Irna mempunyai saldo
piutang dari PT Dirgantara per 31 Desember 2011 sebesar US$100.000 yang berasal
dari penjualan barang dagangan tanggal 17 Oktober 2011. Kurs 1 US$ tangal 7
Oktober 2011 misalnya Rp2.200 sehingga saldi per 31 Desember 2011 tercatat
Rp220.000. Misalkan kurs Bank Indinesia per 31 Desember 2011 adalah kurs beli 1
US$ = Rp2.290 dan kurs jual 1 US$ =Rp2.310, berarti kurs tengah 1 US$ =Rp2.300.
Pada tanggal 31 Desember 2011 harus
dibuat jurnal koreksi untuk penyesuaian selisih kurs sebagai berikut.
Di
PT Irana:
DR.
Piautang Rp10.000.000
CR.
Laba Rugi Selisih Kurs Rp10.000.000
Di
PT. Dirganara:
DR.
Laba Rugi Selisih Kurs Rp10.000.000
CR.
Utang Rp10.000.000
b. Pada
waktu melakukan test tansaksi (test of recorded transactions) sekaligus
diperiksa pos-pos laba rugi.
Jenis Tes Transaksi
|
Post Laba Rugi
|
Cash disbursements test
|
Macam-macam biaya sdan pembelian tunai
|
Cash receipts test
|
Macam-macam pendapatan dan penjualan tunai
|
Sales rest
|
Penjualan dan harga pokok enjualan
|
Purchases test
|
Pembelian
|
Payroll test
|
Biaya gaji dan upah
|
Jurnal voucher test
|
Biaya penyusytan & amortisasi, selisih kurs, gain on sale of fixed
assets
|
c. Audit
prosedur atas perkiraan laba rugi yang biasa dijalankan adalah:
1) Analytical
review prosedures (prosedur penelaahan analitis)
Maksudnya
harus dibuat perbansingan antara laba rugi periode yang diperiksa dengan
periaode sebelimnya, dihitung kenaikan dan penurunan baik dalam rupiah maupun
persentase beserta alasan-alasan kenaikan dan penurunan. Selain itu harus
dibuat perbandingan antara laba rugi periode yang diperiksa dengan anggarannya,
lau dibuat analisis variance-nya. Dalam analytical review peosedures juga harus
dibuat analisis rasio untuk mengukur likuiditas, rentabilitas, leverages, dan
lain-lain untuk dibandingkan dengan rasio industri.
2) Manganalisis
beberapa perkiraan laba rugi yang penting atau yang ada kaitannya dengan
perhitungan pajak (untuk koreksi fidkal), misalnya:
a) Other
income (expense);
b) Miscellaneous
expenses;
c) Entertainment
expenses;
d) Trevelling
expenses;
e) Lagal
fees (ada kaitannya dengan contigent liability);
f) Prosfessional
fees;
g) Repair
& maintenance (ada kaitannya dengan capital dan revenue expenditures).
3) Melakukan
pemeriksaan atas subsequent payment (pembiayaan swsudah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) dan subsequent collection (penagihan sesudah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca).
B.
Tujuan
Pemeriksaan (Audit Objectives)
Perkiraan Laba Rugi[8]
1. Untuk
mengetahui apakah terdapat internal control yang baik atas pendapatan dan
beban, termasuk apakah perusahaan menggunakan accrual basis untuk mencatat
pendapatan maupun beban.
2. Untuk
memeriksa apakah semua pendapatan yang terjadi hak perusahaan telah dicatat di
buku perusahaan, dan apakah pendapatan yang dicatat betul-betul merupakan hak
perusahaan, dengan menggunakan sut-off yang tepat.
3. Untuk
memeriksa apakah semua biaya yang menjadi beban perusahaan telah dicatat di
buku perusahaan, dan apakah semua biya yang sicatat betul-beryil merupakan
beban perusahaan, dengan memperhatikan cut-off yang tepat.
4. Untuk
memeriksa apakah terdapat fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan
beban jika dibandingkan dengan tahun sebelimnya maupun jika dibandingkan bulan
per bulan atau jika dibandingkan dengan anggaran pendapatan dan beban
5. Untuk
memeriksa apakah pendapatan dari beban telah dilaporkan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
Penjelasan atas Tujuan
Pemeriksaan
1. Untuk
memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas pemdapatan dan beban.
Jika internal control atas pendapatan cukup kuat berarti seluruh pendapatan
yang menjadi hak perusahaan dalam suatu metode telah/akan diterima dan dicatat
oleh perusahaan. Jika internal control atas beban cukup kuat berarti biaya yang
menjadi beban perusahaan dalam suatu periode telah/akan dibayar dan dicatat
seluruhnya oleh perusahaan, selain itu diharapkan efisiensi bisa ditingkatkan.
Beberaoa
ciri internal control yang baik atas pendapatan dan beban.
a. Digunakannya
formulir-formulir yang prenumbered, seperti purchase requisition, purchase
order, recerving report, official receipt, sales order, delivery order, sales
invoice, dan lain-lain.
b. Adanya
pembagian tugas dan tanggung jawab antara fungsi-fungsi di dalam perusahaan.
c. Digunakannya
anggaran pendapatan dan biaya (bugdet) dan setiap akhir bulan dibuat
perbandingan antara budget dangan realisasinya dan kemudian dianalisis variance
yang terjadi.
d. Adanya
sistem otoritas yang dipegang oleh beberapa orang berdasarkan jenjang
jebatannya.
e. Digunakan
program komputer untuk menghitung gaji dan PPh 21.
f. Digunakannya
time card untuk mengontrol jumlah jam kerja dari masing-masing pegawai.
g. Adanya
personal file untuk masing-masing pegawai yang antara lain memuat surat
pengangkatan sebagai pegawai, kenaikan gaji, jenjang jabatan, status keluarga
dan data penting lainnya untuk masing-masing pegawai.
h. Adanya
bagian internal audit yang berfungsi antara lain untuk men-check keandalan dan
keakuratan data akuntansi.
2. Untuk
memeriksa apakah semua pendapatan yang menjadi hak perusahaan telah dicatat
dengan menggunakan cut-off yang tepat.
Maksudnya
auditor harus yakin dengan:
a. Semua
pendapatan, dari kegiatan operasional maupun di luar kegiatan operasional
(misalnya pendapatan bunga, penjualan barang-barang scrap), seluruhnya sudah
dicatat dalam buku perusahaan san uangnya telah/akan diterima oleh perusahaan.
Jangan sampai ada pendapatan yang masuk ke kantong keryawan, direksi atau
pemegang sahal yang merupakan pemilik perusahaan.
b. Semua
pendapatan dicatat dalam periode yang tepat, yaitu periode terjadinya, dan
tidak terjasi pergeseran waktu pencatatan untuk tujuan window dressing.
c. Tidak
ada pendapatan yang bukan menjadi hak perusahaanm misalnya pendapatan dari
bisnis peribadi pemegang saham/pemilik, dicatat sebagai pendapatan perusahaan
untuk tujuan window dressing.
3. Untuk
memeriksa apakah semua biaya menjadi beban perusahaan telah dicatatdengan
menggunakan cut-off yang tepat.
Maksudnya
auditor harus yakin bahwa:
a. Semua
biaya, dari kegiatan operasional maupun diluar kegiatan operasional (misalnya
biaya bunga, kerugian penarikan aset tetap), seluruhnya sudah dicatat dalam
buku perusahaan, baik yang uangnya sudah dibayar maupun baru akan dibayarkan
dalam periode berikutnya;
b. Semua
biaya dicatat dalam periode yang tepat, yaitu periode terjadinya, dan tidak
terjadi pergeseran waktu pencatatan untuk tujuan window dressing;
c. Tidak
ada biaya yang bukan menjadi beban perusahaan, misalnya biaya peibadi pemegang
saham/pemilik, dicatat sebagai biaya perusahaan.
4. Untuk
memeriksa apakah terdapat fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan
beban jika dibandingkan bulan per bulan atau jika dibandingkan dengan anggaran
pendapatan dan beban.
Jika
terlihat adanya fluktuasi yang besar, auditor harus memeriksa alasam kenaikan
atau penurunan yang besar tersebut, apakah masuk akal atau tidak. Ada
kemungkinan klien melakukan kesalahan pencatatan, misalnya seharusnya masuk ke
biaya penjualan tetapi dicatat sebagai biaya umum dan administrasi. Kemungkinan
lain ada pergeseran raktu pencatatan, misalnya penjualan tahun 2012 dicatat
sebagai penjualan tahun 2011. Bisa juga klien senganja melakukan pergeseran
mata anggaran karena anggaran tertentu sudah habis sipakai sedangkan mata
naggaran lainnya masih banyak yang belum terpakai.
5. Untuk
memeriksa apakah pendapatan dan beban telah dilaporkan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
Dalam
catatan atas laporan keuangan harus dijelaskan beberapa kebijakan akuntansi
yang penting, misalnya:
a. Apakah
perusahaan menggunakan metode akrual dalam pencatatan beban dan pendapatan;
b. Bagaimana
metode pengakuan pendapaatan yang digunakan;
c. Pemeliharaan,
reparasi-perbaikan (rapairs), dan penyempurnaan-penambahan (improvement);
d. Laba-rugi
penjualan aset tetap.
C.
Prosedur
Audit yang Disarankan[9]
Prosedur
audit yang disarankan adalah sebagai berikut.
1. Pelajari
dan evaluasi internal control atas pendapatan dan biaya. (gunakan internal
control questionnaires, flow chart, atau narrative memo).
2. Minta
rincian laporan laba rugi untuk periode yang diperiksa dengan agaka
perbandingan untuk periode sebelumnya, dan lakukan analytical review
prosedures. Buat analisis rasio dan hitung juga ROI (Return on Investement) dan
ROE (Return of Equity). Rasio yang dihitung untuk tahun yang diperikasa
dibandingkan dengan rasio tahun lalu dan rasio industri. Analytical review
procedures disebut juga auditing by coparison karena selalu menggunakan
perbandingan.
3. Minta
rincian laba rugi untuk periode yang diperiksa, yang dibandingkan dengan budget
untuk periode yang sama. Hitung variance yang terjadi dalam rupiah maupun
persen. Variance yang jumlahnya material harus diselidiki sebab-sebabnya. Dari
analisis variance tersebut kemungkinan bisa diketahui seandainya perusahaan
melaporkan angka yang tidak sebenarnya dangan tujuan agar tidak terjadi
penyimpangan yang besar dari budget yang sudah ditetapkan. Misalnya window
dressing penjualan, pergeseran mata anggaran atau pergeseran waktu pencatatan.
4. Minat
rincian penjualan menurut jenis barangnya atau menurut area penjualannya yang
mencamtumkan kaualitas barang yang dujual maupun nilai uangnya selama setahun
(dibuat per bulan). Kemudian bandingkan keualitas yang dijual, secara tes
basis, denga pengeluaran barang yang dicatat pada kartu persediaan.
5. Periksa
cut-off penjualan, untuk mengetahui ada atau tidaknya pergeseran wakt
pencatatan penjualan. Periksa juag cut-off pembalian, untuk mengetahui adanya pergeseran
wanktu pencatatan pembelian.
6. Periksa
subsequent payment untuk mengetahui kemungkinan adanya unrecorded liabilities.
Periksa juga subsequent collection untuk mengetaui kemungkinan adanya
unrecorded receivables.
7. Buat
analisis terhadap beberapa perkiraan biaya atau pendapatan yang kemungkinan
bisa ditanyakan oleh pihak pajak atau diperlukan dalam pengisian SPT untuk
membuat koreksi fiskal, atau yang memungkinkan timbulnya contingent liability. Misalnya:
biaya komisi penjualan, biaya entertainment, biaya sumbangan, biaya perjalanan,
professional fees, laba rugi penjualan aset tetap, pendapatan dan biaya bunga,
pendapatan dan biaya lain-lain, dan sebagainya.
8. Untuk
biaya-biaya dan pendapatan yang ada kaitannya dengan pajak harus diperiksa
apakah peraturan perpajakan yang berlaku telah ditaati.
9. Khusus
untuk biaya gaji:
a. Periksa
daftar gaji untuk satu atau beberapa bulan, kemudian tes perhitungan PPh 21
untuk mengetahui apakah perhitungan sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku;
b. Bandingkan
total biaya gaji yang tercantum dalam perhitungan laba rugi dengan SPT PPh 21;
Perhatikan apakah PPh
21 ditanggung keryawan atau perusahaaan;
c. Secara
tes basis bandingkan data yang ada delam daftar gaji dengan personnel file
untuk mengetahui apakah jumlah gaji, status keluarga sama atau tidak;
d. Lakukan
observasi pada saat pembayaran gaji (biasanya dilakukan pada perusahaan yang
pengawainya sangat banyak), untuk mengetahui apakah ada pagawai yang fiktif.
10. Periksa
apakah oenyajian pos-pos laba rugi sudah sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkiraan laba rugi (profit and loss accounts) terdiri atas
perkiraan pendapat operasional, harga pokok penjualan, beban operasional,
pendapatan, dan beban di luar operasional dari pos luar biasa. Sedangkan tujuan
dari pemeriksaan atas perkiraan laba rugi yaitu; 1) untuk mengetahui apakah
terdapat internal control yang baik atas pendapatan dan beban, termasuk apakah
perusahaan menggunakan accrual basis untuk mencatat pendapatan maupun beban, 2)
untuk memeriksa apakah semua pendapatan yang terjadi hak perusahaan telah
dicatat di buku perusahaan, dan apakah pendapatan yang dicatat betul-betul
merupakan hak perusahaan, dengan menggunakan sut-off yang tepat, 3) untuk
memeriksa apakah semua biaya yang menjadi beban perusahaan telah dicatat di
buku perusahaan, dan apakah semua biya yang sicatat betul-beryil merupakan
beban perusahaan, dengan memperhatikan cut-off yang tepat, 4) untuk memeriksa
apakah terdapat fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan beban jika
dibandingkan dengan tahun sebelimnya maupun jika dibandingkan bulan per bulan
atau jika dibandingkan dengan anggaran pendapatan dan beban, 5) untuk memeriksa
apakah pendapatan dari beban telah dilaporkan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan ETAP/PSAK/IFRS. Kemudian prosedur yang digunakan dari mempelajari dan
evaluasi internal control atas pendapatan dan biaya hingga memeriksa apakah
oenyajian pos-pos laba rugi sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
ETAP/PSAK/IFRS.
B.
Saran
Dalam
pembuatan makalah pemeriksaan atas perkiraan laba rugi ini sangat minim dengan referensi buku.
Diharapkan untuk pembuatan makalah yang sejenis agar lebih memperbanyak
referensi buku. Sehingga akan memperpadat materi mengenai pemeriksaan atas
perkiraan laba rugi.
DAFTAR
PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta. Salamba Empat.
[1]
Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk
Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik, (Jakart: Salamba Empat , 2013), h. 88
[2] Ibid.,
[4] Ibid.,
No comments:
Post a Comment