Saturday, October 19, 2019

MAKALAH PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGI


MAKALAH
PEMERIKSAAN ATAS PERKIRAAN LABA RUGI

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menurut PSAK No. 1 (revisi 2009) par 9: Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Dimana tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Sebelumnya, seperti yang dituangkan dalam PSAK No. 1 (revisi 1998), perusahaan hanya diwajibakan untuk melaporkan/ menyusun laporan laba rugi sebagai bagian dari laporan keuangan. Sementara menurut PSK No. 1 (revisi 2009), perusahaan diwajibkan untuk menyusun laporan laba rugi komprehansif. Untuk itu perusahaan wajib mencantumkan komponen pendapatan komprehansif lain dalam laporan laba rugi komprehensif yang disusunnya. Hal ini bertujuan supaya didapat laporan laba rugi yang andal.
Melihat sangat pentingnya pemeriksaan atas perkiraan laba rugi suati instansi atau perusahaan. Maka, perlu dibahas secara lebih mendalam dalam memahami laporan laba rugi tersebut. baik dari sisi sifatnya, contoh, tujuan maupun prosedur yang digunakan dalam pemeriksaan atas perkiraan laba rugi.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Bagaimana sifat dan contoh pemeriksaan atas perkiraan laba rugi?
2.      Apa tujuan pemeriksaan pemeriksaan atas perkiraan laba rugi?
3.      Bagaimana prosedur audit pemeriksaan atas perkiraan laba rugi?


C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut:
1.      Mengetahui sifat dan contoh pemeriksaan atas perkiraan laba rugi.
2.      Mengetahui Tujuan pemeriksaan pemeriksaan atas perkiraan laba rugi.
3.      Mengetahui Prosedur audit pemeriksaan atas perkiraan laba rugi.
  
BAB II
ISI

A.    Sifat dan Contoh
Perkiraan laba rugi (profit and loss accounts) terdiri atas perkiraan pendapat operasional, harga pokok penjualan, beban operasional, pendapatan, dan beban di luar operasional dari pos luar biasa.[1]
1.      Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 114)[2]
Entitas harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai wajar atas pembayaran yang diterima atau masih harus diterima. Nilai wajar tersebut tidak termasuk jumlah diskon penjualan dan potongan volume. Entitas harus mengakui pendapatan dari suatu penjualan barang jika semua kondisi berikut terpenuhi.
a.       Entitas telah mengalihkan risiko dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan barang kepada pembeli.
b.      Entitas tidak mempertahankan atau meneruskan baik ketertiban manajerial sampai kepada tingkat biasanya diasosiasikan dengan kepemilikan maupun contol efektif atas barang yang terjual.
c.       Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
d.       Ada kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir masuk ke dalam entitas.
e.       Biaya yang telah atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi dapat diukur secara andal.
Jika hasil kontrak kontruksi dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapat kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi masing-masing sebagai pendapat dan beban uang disesuaikan dengan tingkat penyelesaian aktivitas kontrak pada akhir periode pelaporan (sering kali dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian). Hasil suatu transaksi dapat diestimasi secara andal jika memenuhi semua kondisi berikut.
a.       Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
b.      Ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas.
c.       Tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal.
d.      Biaya yang terjadi dalam transaksi dan biaya penylesaian transaksi dapat diukur secara andal.
Jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi masing-masing sebagai pendapatan dan beban yang disesuaikan dengan tingkat penyelesaian aktivitas kontrak pada akhir periode pelaporan (sering kali dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian). Estimasi hasil yang andal membutuhkan estimasi tingkat penyelesaian, biaya masa depan dan kolektibilitas tagihan yang andal.
Etimasi harus menentukan tingkat (penyelesaian dari suatu transaksi atau kontrak dengan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal sebagaian besar pekerjaan yang dilaksanakan. Metode yang mungkin meliputi berikut ini.
a.       Proporsi biaya yang terjadi dari pekerjaan yang talah diselesaikan sampai sekarang dibandingkan dengan total estimasi biaya. Biaya yang terjadi dari pekerjaan yang telah diselesaikan sampai sekarang tidak termasuk biaya yang berhunbungan dengan aktivitas masa depan, seperti bahan baku atau pembayaran di muka.
b.      Survei atas pekerjaaan yang telah diselesaikan.
c.       Penyelesaian proporsi fisik dari transaksi jasa atau kontrak kerja.


2.      SAK ETAP (IAI, 2009: 121)[3]
Bunga, Royalti, dan Dividen
Entitas harus mengakui pendapatan yang muncul dari penggunaan aser oleh entitas yang lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen atas dasar yang ditetapkan ketika:
a.       Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas; dan
b.      Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur secara andal.
Entitas harus mengakui pendapatan atas dasar:
a.       Bunga harus diakui secara akrual;
b.      Royalti harus diakui dengan menggunakan dasar akrual sesuai dengan substansi dari perjanjian yang relevan; dan
c.       Dividen harus diakui ketika hak pemegang saham untuk menerima pembiayaan talah terjadi.
3.      Menurut PSAK No. 23 (Revisi 2010) 23,1[4]
Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan sebagai kenaikan manfaat ekonomi selam satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset, atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan maupun keuntungan. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan dikenal dengan sebutan yang brbeda, sperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti dan sewa.
Nilai wajar adalah jumlah suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi yang wajar.
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan akuitas  yang tidak berasa; dari kontribusi penanaman modal. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi.
a.       Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemiikan secara signifikan kepada pembeli.
b.      Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang maupun melakukan pengendalian afektif atas barang yang dijual.
c.       Jumlah pendaptan dapat dukur secara andal.
d.      Kemungkinan besar manfaat ekonomu yang tekait dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas.
e.       Biaya yang terjadi atau yang akan terjasi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat diukur secara andal.
Penjualan Jasa
Jika hasil transaksi yang tekait dengan penjualan jasa dapat diestimasi secara andal, mapa pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut diakui dengan acuan pada tingakat penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil tranksaksi dapat diestimasi secara andal jika seluruh kondisi beriktu dipenuhi.
1)      Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
2)      Kemungkinan besar menfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas.
3)      Tingakat penyrelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal.
4)      Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaiakan transaksi tersebut dapat diukur secara andal.



Menurut PSAK No. 23 (Revisi 2010) 23, 11[5]
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang mrnghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui dengan dasar yang dijelaskan, jika:
a.       Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubingan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas; dan
b.      Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
Pendapatan diakui fengan dasar sebagai berikut.
a.       Bungan diakui menggunakan metode suku bunga efektif sebagaimana yang dijelaskan di PSAK 55 (Revisi 2006): instrumen Keuangan: Pwngkuan dan Pengukuran.
b.      Royalti diakui dengan dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan.
c.       Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
Jika bunga yang belum dibayar telah diakru sebelum pembelian investasi yang berbunga, maka penerimaan bunga kemudian dialokasikan antara periode sebelum pembelian dan sesudah pembelian: hanya bagian setelah pembelian yang diakui sebagai pendapatan. Royalti diakru sesuai dengan syarat perjanjian yang relevan dan pendapatan juga umumnya diakui dengan dasar tersebut kecuali, dengan memperhatikan substansi perjanjian, akan lebih sesuai untuk mengkui pendapatan atas dasar sistematis dan rasional lain. Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas. Namun, jika ketidakpastian timbul dari kolektibilitas jumlah tertentu yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih, atau jumlah yang kemungkinan pemulihannya tidak esar lagi, maka jumlah tersebut diakui sebagai beban, bukan penyalesaian terhasap jumlah yang diakui semula.

Pengungkapan[6]
1.    Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 122)
Entitas harus mengungkapkan:
a.       Kebijakan akuntansi yang ditetapkan sebagai dasar pengakuan pendapatan, termasuk metode yang diterapkan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang melibatkan penyediaan jasa;
b.      Jumlah setiap kategori pendapatan yagn diakui selama periode, termasuk pendapatan yaang timbul dari:
(i)                 Penjualan baranag;
(ii)               Penyediaan jasa;
(iii)             Bunga;
(iv)             Royalti;
(v)               Dividen;
(vi)             Jenis pendapatan signifikan lainnya.
Entitas harus mengungkapkan:
a.       Jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan dalam periode pelaporan;
b.      Metode yang digunakan untuk menentukan pendapaatan kontrak yang diakui dalam periode pelaporan;
c.       Metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian kontrak yang sedang berjalan.
Entitas harus menyajikan:
a.       Jumlah bruto kontrak perjanjian yang sudah menjadi hak sebagai suatu aset; dan
b.      Jumlah bruto kontrak kerja yang terutang kepada pelanggan sebagai suatu kewajiban.
2.    Menurut PSAK NO. 23 (Revisi 2010) 23, 12
Entitas mengungkapkan:
a.       Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk mengakui pendapatan, termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa;
b.      Jumlah setiap kategoru signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari:
(i)                 Penjualan barang;
(ii)               Penualan jasa;
(iii)             Bunga;
(iv)             Royalti;
(v)               Dividen; dan
c.       Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercangkup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.

Menurut Penulis[7]
Keuntungan (gain) bisa berasal dari penjualan aset tetap (gain on sale of fixed asets), tukar tambah aset tetap tidak sejenis (gain on trade-in), keuntungan kurs (foreign exchange gain).
Pos luar biasa maksudnya kerugian yang timbul dari kejadian atau transaksi yang bersifat tidak normal dan tidak sering terjadi. Misalnya kerugian sebagai akibat gempa bumi, kebakaran atau banjir. Kerugian tersebut setelah dikurangi dengan klaim asuransim jka asa, disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi.
Harga pokok penjualan adalah jumlah yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh barang yang terjual (cost of merchandise sold) atau untuk memproduksi barang yang terjual (cost of goods sold). Cost of merchandise sold di suatu perusahaan dagang sapat dihitung sebagai berikut (perusahaan menggunakan physical system).
Persedian awal barang dagangan                                     Rp       xxx
+/+            pembelian neto                                                Rp       xxx
Barang dagangan yang tersedia untuk dijual                   Rp       xxx
-/-  persediaan akhir barang dagangan                              Rp       xxx
Harga pokok penjualan
(cost of merchandise sold)                                                Rp       xxx
Cost of goods sold di suatu perusahaan industri dapat dihitung sebagai berikut (perusahaan menggunakan physical system.
Persediaan awal bahan baku                                            Rp       xxx
+/+            pembelian bersih                                             Rp       xxx                 
Bahan baku yang tesedia untuk dipakai                          Rp       xxx
-/-  persediaan akhir bahan baku                                       Rp       xxx
                        Pemakaian bahan baku                                    Rp       xxx
                        Upaya langsung                                              Rp       xxx
                        Overhead pabrik                                             Rp       xxx
Biaya produksi (cost prosduction)                                   Rp       xxx
+/+            persediaan awal barang dalam proses             Rp       xxx
-/-  persediaan akhir barang dalam proses             Rp       xxx
Biaya pabrikasi (cost pf goods manufactured)                Rp       xxx
+/+            persediaan awal barang jadi                            Rp       xxx
-/-  persediaan akhir barang jadi                                       Rp       xxx
Harga okok penjualan
(cost of goods sold)                                                          Rp       xxx
Beban operasi (operating evpanses) terdiri dari beban penjualan (selling expenses) dan beban umum dan administrasi (general and administrative expenses). Contoh selling expanses antara lain: gaji bagian penjualan, komisi salesman, biaya iklan, promosi, entertainment, transportasi, dan lain-lain. Sedangkan contoh general and andministrative expanses antaara lain: gaji bagian akuntansi dan keuangan, personalia dan umum, biaya sewa, listrik, air, telepon, entertainment, perjalanan dinas, penyusutan inventaris kantor dan lain-lain.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan laba rugi adalah sebagai berikut.
1.      Prinsip conservatism dalam pengakuan pendapatan dan beban.
a.       Beban yang belum pasti tejasdi tetapi diperkirakan akan menjadi beban perusahaan pada periode yang diperiksa, jumlahnya bisa diestimasi dan cukup meterial, harus dicacat sebagai beban. Misalnya garansi untuk penjualan produk perusahaan (barang-baarang elektronik) harus di-accrued par tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
b.      Pendapatan yang belum pasti terjadi, belum boleh dicacat sebagai pendapatan perusahaan.
Pendapatan pada umumnya diakui pada saat penyerahan barang (untuk perusahaan dagang dan industri), pada saat penyerahan jasa atau pada saat bisa untuk dibuatkan faktur (untuk perusahaan jasa). Pengecualiannya, antara lain:
1)      Diakui pada saat penerimaan uang, misalnya untuk penjualan tunai dan penjualan cicilan;
2)      Untuk perusahaan kontraktor ada dua pilihan pengakuan pendapatan yaitu metode kontrak selesai (completed contact method) dan metode persentase penyelesaian (percentage of completion method);
3)      Untuk jenis barang tertentu yang harga jualnya sudah pasti, barangnya pasti terjual atau cepat rusak, pendapatan bisa diakui pada saat selesainya produksi. Misalnya, untuk logam mulia dan hasil pertanian.
2.      Konsep Matching Cost Against Revenue
Dalam laporan laba rugi harus dibandingkan pendapatan yang menjadi hak perusahaan dalam periode yang diperiksa dengan biaya yang menjadi beban perusahaan untuk periode yang sama, tanpa memperhatikan apakah uangnya sudah diterima (untuk pendapatan) dan dibayarkan (untuk biaya) atau belum. Dalam hal ini, menurut ETAP/PSAK/IFRS, pendapatan dan beban harus dicatat dengan dasar akrual (accrual basic) bukan dasar kas (cash basic).
Dalam memeriksa pendapatan dan biaya, auditor harus memperhatikan jangan sampai ada pergeseran waktu dalam pengakuan pendapatan dan beban. Misalkan auditor memeriksa laba rugi untuk tahin 2011, yang dilaporkan perusahaan sebagai pendapatan tahun 2011 haruslah pendapatan yang betul-betul menjadi hak perusahaan dalam tahun 2011. Begitu juaga yang dilaporkan sebagai beban tahun 2011 haruslah yang betul-betul merupakan beban perusahaan dalam tahun 2011.
·         Pendapatan 2011, uangnya diterima di 2011
·         Pendapatan 2011, uangnya diteriman di 2012 (accrued income)
·         Pendapatan 2011, uangnya diterima di 2010 (unearned revenue)
Pendapatan
Beban
1/1/11                                                                          31/12/11
·         Beban 2011, uangnya dibayar di 2011
·         Beban 2011, uangnya dibayar di 2012 (accrued expenses)
·         Beban 2011, uangnya dibayar di 2010 (prepaid expenses)

3.      Waktu yang digunakan untuk memeriksa perkiraan pendapatan dan beban (pos-pos laba rugi) tidak sebanyak waktu yang digunakan untuk memeriksa pos-pos laporan posisi keuangan (neraca), karena beberapa alasan berikut.
a.       Pada waktu memeriksa pos laporan posisi keuangan (neraca), sekaligus sudah diperiksa (dikaitkan dengan) pos laba rugi yang bersangkutan, misalnya:
Pos Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Pos Laba Rugi
Kas
Selisih kas, selisih kurs
Bank
Selisih kurs, biaya bank, jasa giro
Piutang persediaan
Selisih kurs, bad dept expenses
Prepayment
Selisis stock opname, harga pokok penjualan
Marketable Securities
Rent expense, insurance expense
Fixed Asets
Interest income, dividen incom, laba rugi penjualan surat berharga
Intangible Assets
Biaya penyusutan, gain or loss on disposal of fixed assets
Accrued Expanses
Biaya amortisasi
Short Term Loan
Macam-macam biaya
Long Term Loan
Biaya bunga, selisih kurs

Menurut stsndar akuntansi keuangan di Indonesia, transaksi yang terjadi dalam mata uang asing harus dicatat dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi; aset dan kewjiban moneter yang tercantum dalam mata uang asinga pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca), harus dinkonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca); selisih kurs yang terjasi dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
Kurs tengah maksudnya kurs beli ditambah kurs jual lalu dibagi dua. Yang dimaksusd aset moneter adalah kas, bank, piutang, sedangkan liabilitas meoneter adalah liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang.
Misalkan PT Irna mempunyai saldo piutang dari PT Dirgantara per 31 Desember 2011 sebesar US$100.000 yang berasal dari penjualan barang dagangan tanggal 17 Oktober 2011. Kurs 1 US$ tangal 7 Oktober 2011 misalnya Rp2.200 sehingga saldi per 31 Desember 2011 tercatat Rp220.000. Misalkan kurs Bank Indinesia per 31 Desember 2011 adalah kurs beli 1 US$ = Rp2.290 dan kurs jual 1 US$ =Rp2.310, berarti kurs tengah 1 US$ =Rp2.300.
Pada tanggal 31 Desember 2011 harus dibuat jurnal koreksi untuk penyesuaian selisih kurs sebagai berikut.
Di PT Irana:
DR. Piautang                                     Rp10.000.000
CR. Laba Rugi Selisih Kurs                Rp10.000.000
Di PT. Dirganara:
DR. Laba Rugi Selisih Kurs               Rp10.000.000
CR. Utang                                           Rp10.000.000
b.      Pada waktu melakukan test tansaksi (test of recorded transactions) sekaligus diperiksa pos-pos laba rugi.
Jenis Tes Transaksi
Post Laba Rugi
Cash disbursements test
Macam-macam biaya sdan pembelian tunai
Cash receipts test
Macam-macam pendapatan dan penjualan tunai
Sales rest
Penjualan dan harga pokok enjualan
Purchases test
Pembelian
Payroll test
Biaya gaji dan upah
Jurnal voucher test
Biaya penyusytan & amortisasi, selisih kurs, gain on sale of fixed assets

c.       Audit prosedur atas perkiraan laba rugi yang biasa dijalankan adalah:
1)      Analytical review prosedures (prosedur penelaahan analitis)
Maksudnya harus dibuat perbansingan antara laba rugi periode yang diperiksa dengan periaode sebelimnya, dihitung kenaikan dan penurunan baik dalam rupiah maupun persentase beserta alasan-alasan kenaikan dan penurunan. Selain itu harus dibuat perbandingan antara laba rugi periode yang diperiksa dengan anggarannya, lau dibuat analisis variance-nya. Dalam analytical review peosedures juga harus dibuat analisis rasio untuk mengukur likuiditas, rentabilitas, leverages, dan lain-lain untuk dibandingkan dengan rasio industri.
2)      Manganalisis beberapa perkiraan laba rugi yang penting atau yang ada kaitannya dengan perhitungan pajak (untuk koreksi fidkal), misalnya:
a)      Other income (expense);
b)      Miscellaneous expenses;
c)      Entertainment expenses;
d)     Trevelling expenses;
e)      Lagal fees (ada kaitannya dengan contigent liability);
f)       Prosfessional fees;
g)      Repair & maintenance (ada kaitannya dengan capital dan revenue expenditures).
3)      Melakukan pemeriksaan atas subsequent payment (pembiayaan swsudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan subsequent collection (penagihan sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).

B.     Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Perkiraan Laba Rugi[8]
1.      Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik atas pendapatan dan beban, termasuk apakah perusahaan menggunakan accrual basis untuk mencatat pendapatan maupun beban.
2.      Untuk memeriksa apakah semua pendapatan yang terjadi hak perusahaan telah dicatat di buku perusahaan, dan apakah pendapatan yang dicatat betul-betul merupakan hak perusahaan, dengan menggunakan sut-off yang tepat.
3.      Untuk memeriksa apakah semua biaya yang menjadi beban perusahaan telah dicatat di buku perusahaan, dan apakah semua biya yang sicatat betul-beryil merupakan beban perusahaan, dengan memperhatikan cut-off yang tepat.
4.      Untuk memeriksa apakah terdapat fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan beban jika dibandingkan dengan tahun sebelimnya maupun jika dibandingkan bulan per bulan atau jika dibandingkan dengan anggaran pendapatan dan beban
5.      Untuk memeriksa apakah pendapatan dari beban telah dilaporkan sesuai dengan standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan
1.      Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas pemdapatan dan beban. Jika internal control atas pendapatan cukup kuat berarti seluruh pendapatan yang menjadi hak perusahaan dalam suatu metode telah/akan diterima dan dicatat oleh perusahaan. Jika internal control atas beban cukup kuat berarti biaya yang menjadi beban perusahaan dalam suatu periode telah/akan dibayar dan dicatat seluruhnya oleh perusahaan, selain itu diharapkan efisiensi bisa ditingkatkan.
Beberaoa ciri internal control yang baik atas pendapatan dan beban.
a.       Digunakannya formulir-formulir yang prenumbered, seperti purchase requisition, purchase order, recerving report, official receipt, sales order, delivery order, sales invoice, dan lain-lain.
b.      Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab antara fungsi-fungsi di dalam perusahaan.
c.       Digunakannya anggaran pendapatan dan biaya (bugdet) dan setiap akhir bulan dibuat perbandingan antara budget dangan realisasinya dan kemudian dianalisis variance yang terjadi.
d.      Adanya sistem otoritas yang dipegang oleh beberapa orang berdasarkan jenjang jebatannya.
e.       Digunakan program komputer untuk menghitung gaji dan PPh 21.
f.       Digunakannya time card untuk mengontrol jumlah jam kerja dari masing-masing pegawai.
g.      Adanya personal file untuk masing-masing pegawai yang antara lain memuat surat pengangkatan sebagai pegawai, kenaikan gaji, jenjang jabatan, status keluarga dan data penting lainnya untuk masing-masing pegawai.
h.      Adanya bagian internal audit yang berfungsi antara lain untuk men-check keandalan dan keakuratan data akuntansi.
2.      Untuk memeriksa apakah semua pendapatan yang menjadi hak perusahaan telah dicatat dengan menggunakan cut-off yang tepat.
Maksudnya auditor harus yakin dengan:
a.       Semua pendapatan, dari kegiatan operasional maupun di luar kegiatan operasional (misalnya pendapatan bunga, penjualan barang-barang scrap), seluruhnya sudah dicatat dalam buku perusahaan san uangnya telah/akan diterima oleh perusahaan. Jangan sampai ada pendapatan yang masuk ke kantong keryawan, direksi atau pemegang sahal yang merupakan pemilik perusahaan.
b.      Semua pendapatan dicatat dalam periode yang tepat, yaitu periode terjadinya, dan tidak terjasi pergeseran waktu pencatatan untuk tujuan window dressing.
c.       Tidak ada pendapatan yang bukan menjadi hak perusahaanm misalnya pendapatan dari bisnis peribadi pemegang saham/pemilik, dicatat sebagai pendapatan perusahaan untuk tujuan window dressing.
3.      Untuk memeriksa apakah semua biaya menjadi beban perusahaan telah dicatatdengan menggunakan cut-off yang tepat.
Maksudnya auditor harus yakin bahwa:
a.       Semua biaya, dari kegiatan operasional maupun diluar kegiatan operasional (misalnya biaya bunga, kerugian penarikan aset tetap), seluruhnya sudah dicatat dalam buku perusahaan, baik yang uangnya sudah dibayar maupun baru akan dibayarkan dalam periode berikutnya;
b.      Semua biaya dicatat dalam periode yang tepat, yaitu periode terjadinya, dan tidak terjadi pergeseran waktu pencatatan untuk tujuan window dressing;
c.       Tidak ada biaya yang bukan menjadi beban perusahaan, misalnya biaya peibadi pemegang saham/pemilik, dicatat sebagai biaya perusahaan.
4.      Untuk memeriksa apakah terdapat fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan beban jika dibandingkan bulan per bulan atau jika dibandingkan dengan anggaran pendapatan dan beban.
Jika terlihat adanya fluktuasi yang besar, auditor harus memeriksa alasam kenaikan atau penurunan yang besar tersebut, apakah masuk akal atau tidak. Ada kemungkinan klien melakukan kesalahan pencatatan, misalnya seharusnya masuk ke biaya penjualan tetapi dicatat sebagai biaya umum dan administrasi. Kemungkinan lain ada pergeseran raktu pencatatan, misalnya penjualan tahun 2012 dicatat sebagai penjualan tahun 2011. Bisa juga klien senganja melakukan pergeseran mata anggaran karena anggaran tertentu sudah habis sipakai sedangkan mata naggaran lainnya masih banyak yang belum terpakai.
5.      Untuk memeriksa apakah pendapatan dan beban telah dilaporkan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
Dalam catatan atas laporan keuangan harus dijelaskan beberapa kebijakan akuntansi yang penting, misalnya:
a.       Apakah perusahaan menggunakan metode akrual dalam pencatatan beban dan pendapatan;
b.      Bagaimana metode pengakuan pendapaatan yang digunakan;
c.       Pemeliharaan, reparasi-perbaikan (rapairs), dan penyempurnaan-penambahan (improvement);
d.      Laba-rugi penjualan aset tetap.


C.    Prosedur Audit yang Disarankan[9]
Prosedur audit yang disarankan adalah sebagai berikut.
1.      Pelajari dan evaluasi internal control atas pendapatan dan biaya. (gunakan internal control questionnaires, flow chart, atau narrative memo).
2.      Minta rincian laporan laba rugi untuk periode yang diperiksa dengan agaka perbandingan untuk periode sebelumnya, dan lakukan analytical review prosedures. Buat analisis rasio dan hitung juga ROI (Return on Investement) dan ROE (Return of Equity). Rasio yang dihitung untuk tahun yang diperikasa dibandingkan dengan rasio tahun lalu dan rasio industri. Analytical review procedures disebut juga auditing by coparison karena selalu menggunakan perbandingan.
3.      Minta rincian laba rugi untuk periode yang diperiksa, yang dibandingkan dengan budget untuk periode yang sama. Hitung variance yang terjadi dalam rupiah maupun persen. Variance yang jumlahnya material harus diselidiki sebab-sebabnya. Dari analisis variance tersebut kemungkinan bisa diketahui seandainya perusahaan melaporkan angka yang tidak sebenarnya dangan tujuan agar tidak terjadi penyimpangan yang besar dari budget yang sudah ditetapkan. Misalnya window dressing penjualan, pergeseran mata anggaran atau pergeseran waktu pencatatan.
4.      Minat rincian penjualan menurut jenis barangnya atau menurut area penjualannya yang mencamtumkan kaualitas barang yang dujual maupun nilai uangnya selama setahun (dibuat per bulan). Kemudian bandingkan keualitas yang dijual, secara tes basis, denga pengeluaran barang yang dicatat pada kartu persediaan.
5.      Periksa cut-off penjualan, untuk mengetahui ada atau tidaknya pergeseran wakt pencatatan penjualan. Periksa juag cut-off pembalian, untuk mengetahui adanya pergeseran wanktu pencatatan pembelian.
6.      Periksa subsequent payment untuk mengetahui kemungkinan adanya unrecorded liabilities. Periksa juga subsequent collection untuk mengetaui kemungkinan adanya unrecorded receivables.
7.      Buat analisis terhadap beberapa perkiraan biaya atau pendapatan yang kemungkinan bisa ditanyakan oleh pihak pajak atau diperlukan dalam pengisian SPT untuk membuat koreksi fiskal, atau yang memungkinkan timbulnya contingent liability. Misalnya: biaya komisi penjualan, biaya entertainment, biaya sumbangan, biaya perjalanan, professional fees, laba rugi penjualan aset tetap, pendapatan dan biaya bunga, pendapatan dan biaya lain-lain, dan sebagainya.
8.      Untuk biaya-biaya dan pendapatan yang ada kaitannya dengan pajak harus diperiksa apakah peraturan perpajakan yang berlaku telah ditaati.
9.      Khusus untuk biaya gaji:
a.       Periksa daftar gaji untuk satu atau beberapa bulan, kemudian tes perhitungan PPh 21 untuk mengetahui apakah perhitungan sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku;
b.      Bandingkan total biaya gaji yang tercantum dalam perhitungan laba rugi dengan SPT PPh 21;
Perhatikan apakah PPh 21 ditanggung keryawan atau perusahaaan;
c.       Secara tes basis bandingkan data yang ada delam daftar gaji dengan personnel file untuk mengetahui apakah jumlah gaji, status keluarga sama atau tidak;
d.      Lakukan observasi pada saat pembayaran gaji (biasanya dilakukan pada perusahaan yang pengawainya sangat banyak), untuk mengetahui apakah ada pagawai yang fiktif.
10.  Periksa apakah oenyajian pos-pos laba rugi sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perkiraan laba rugi (profit and loss accounts) terdiri atas perkiraan pendapat operasional, harga pokok penjualan, beban operasional, pendapatan, dan beban di luar operasional dari pos luar biasa. Sedangkan tujuan dari pemeriksaan atas perkiraan laba rugi yaitu; 1) untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik atas pendapatan dan beban, termasuk apakah perusahaan menggunakan accrual basis untuk mencatat pendapatan maupun beban, 2) untuk memeriksa apakah semua pendapatan yang terjadi hak perusahaan telah dicatat di buku perusahaan, dan apakah pendapatan yang dicatat betul-betul merupakan hak perusahaan, dengan menggunakan sut-off yang tepat, 3) untuk memeriksa apakah semua biaya yang menjadi beban perusahaan telah dicatat di buku perusahaan, dan apakah semua biya yang sicatat betul-beryil merupakan beban perusahaan, dengan memperhatikan cut-off yang tepat, 4) untuk memeriksa apakah terdapat fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan beban jika dibandingkan dengan tahun sebelimnya maupun jika dibandingkan bulan per bulan atau jika dibandingkan dengan anggaran pendapatan dan beban, 5) untuk memeriksa apakah pendapatan dari beban telah dilaporkan sesuai dengan standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS. Kemudian prosedur yang digunakan dari mempelajari dan evaluasi internal control atas pendapatan dan biaya hingga memeriksa apakah oenyajian pos-pos laba rugi sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

B.     Saran
Dalam pembuatan makalah pemeriksaan atas perkiraan laba rugi  ini sangat minim dengan referensi buku. Diharapkan untuk pembuatan makalah yang sejenis agar lebih memperbanyak referensi buku. Sehingga akan memperpadat materi mengenai pemeriksaan atas perkiraan laba rugi.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta. Salamba Empat.


[1] Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik,  (Jakart: Salamba Empat , 2013), h. 88
[2] Ibid., 
[3] Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis..., h. 89
[4] Ibid.,
[5] Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis..., h. 90
[6]Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis..., h. 91-92
[7] Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis..., h. 92-96
[8] Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis..., h. 96-98
[9]Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis..., h. 99-100

No comments:

Post a Comment