Thursday, April 23, 2015

Makalah Ahlak Tasawuf



MAKALAH
TAKHLAK TASAWUF
“AKHLAH KEPADA ALAM”


A. PENDAHULUAN

Kita diajarkan doa munajat yang berbunyi : رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً  
“Ya Tuhan kami, tak satupun makhluk ciptaan-Mu ini yang tak berguna (Q/3:191). Ayat ini mengandung arti bahwa Tuhan menciptakan alam ini dengan konsep yang sangat sempurna. Suatu makhluk meski sekecil bakteri pun, telah di desain oleh Sang Pencipta sebagai bagian dari ekosistem alam. Sebagaimana yang telah disebutkan di depan bahwa dalam sistem alam ini, manusia diberi predikat oleh Allah sebagai khalifah-Nya dimana manusia diberi wewenang dan tanggung jawab mengelola alam ini bagi kehidupannya.

 Setiap kewenangan tanggung jawab, pastilah di dalamnya terkandung hak dan kewajiban. Oleh karena itu amanah Tuhan kepada manusia sebagai khalifah-Nya ialah bahwa manusia dibebani kewajiban, dan bersamaan dengan itu manusia diberi hak, termasuk hak pemanfaatan alam. Dalam al Qur’an, jelas sekali disebutkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi ini untuk manusia (QS/2 :29)
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاء فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Manusia diberi hak untuk mengelola alam ini, mengkonsumsi yang dibutuhkan, tetapi di tangan manusia pula diletakan tanggung jawab pemeliharaan kelestarian alam. Oleh karena tu manusia tidak boleh sewenang-wenang terhadap alam, karena akan berdampak merusak ekosistem yang pada gilirannya akan menyulitkan kehidupan manusia itu sendiri. Dalam perspektif ilmu akhlak, maka manusia pun harus berakhlak kepada alam.














B.PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN AKHLAK

Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa Yunani kata khuluq ini disampaikan dengan kata ethicos atau ethos artinya adab kebiasaan, perasaan batin kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.[1]


2.AKHLAK KEPADA ALAM

Alam ialah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi beserta isinya, selain Allah. Allah melalui al quran mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta isinya.
Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan yang lebih oleh Allah untuk mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya. Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni melestarikannya dengan baik.[2] Ada kewajiban manusia untuk berakhlak kepada alam sekitarnya. Hal tersebut didasarkan kepada hal-hal sebagi berikut :

1.     Bahwa manusia hidup dan mati berada di alam, yaitu bumi;
2.     Bahwa alam merupakan salah satu hal pokok yang dibicarakan oleh al quran;
3.     Bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjaga pelestarian alam yang bersifat umum dan yang khusus;
4.    Bahwa Allah memerintahkan kepadaa manusia untuk mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari alam, agar kehidupannya menjadi makmur;
5.     Manusia berkewajiban mewujudkan kemakmuran dan kebahagiaan di muka bumi.
Manusia wajib bertanggung jawab terhadap kelestarian alam atau kerusaakannya, karena sangat memengaruhi kehidupan manusia. Alam yang masih lestari pasti dapat memberi hidup dan kemakmuran bagi manusia di bumi. Tetapi apabila alam sudah rusak maka kehidupan manusia menjadi sulit, rezeki sempit dan dapat membawa kepada kesengsaraan. Pelestarian alam ini waajib dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat, bangsa dan negara.[3]

Manusia hidup bergantung pada alam sekitar. Mula-mula mereka hidup secara berpindah-pindah (nomaden) mencari tempat yang menyediakan hidup dan makan. Mereka lalu berpindah dari suatu tempat ke tempat lain setelah bahan makanan habis dan tidak didapat. Namun seiring dengan kemajuan kehidupan manusia, bukan berarti ketergantungan dan kebutuhannya terhadap alam semakin berkurang. Mereka tetap membutuhkan alam sekitarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya. Untuk itu, manusia harus menjaga keharmonisan hubungannya dengan alam dan makhluk di sekitarnya, yaitu dengan cara berakhlak yang baik kepadanya.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al Baqarah: 30).

Akhlak manusia terhadap alam bukan hanya semata-mata untuk kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara, melestarikan dan memakmurkan alam ini. Dengan memenuhi kebutuhannya sehingga kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup dapat terjaga.[4]

Berakhlak dengan alam sekitarnya dapat dilakukan manusia dengan cara melestarikan alam sekitarnya sebagai berikut :
1.      Melarang penebangan pohon secara liar;
2.      Melarang perburuan binatang secara liar;
3.      Melakukan reboisasi;
4.      Membuat cagar alam dan suaka margasatwa;
5.      Mengendalikan erosi;
6.      Menetapkan tata guna lahan yang lebih sesuai;
7.      Memberikan pengertian yang baik tentang lingkungan kepada seluruh lapisan masyarakat;
8.      Memberikan sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar-pelanggarnya.

Manusia di bumi sebagai khalifah, mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni melestarikan dan memeliharanya dengan baik.
Allah berfirman :
Yang artinya;
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS. Al Qashash: 77)

Adapun akhlak manusia terhadap alam yang wajib dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1.      Memerhatikan dan merenungkan penciptaan alam.
2.     Memanfaatkan alam beserta isinya, karena Allah ciptakan alam dan isinya ini untuk manusia. Allah berfirman :
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.(QS. Al Baqarah: 22)

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.(QS. Al Baqarah : 168)[5]





C. PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Ajaran Islam yang paling mendasar adalah keluhuran akhlak. Sifat ini banyak menentukan karakter seseorang, khususnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Seseorang yang berakhlak rendah, ia dibenci dan di asingkan dari masyaraakat. Sebaliknya seseorang yang berakhlak tinggi ia akan dihargai, disegani, bahkan menjadi panutan dalam masyarakat.
Keberadaan dan kehancuran suatu umat ditentukan oleh akhlak itu sendiri. Selama masih berakhlak mulia, berarti umat manusia utuh dan jika akhlak mulai lenyap itulah pertanda hancurnya umat.
Akhlak kepada Allah merupakan perwujudan dari keimanan kita yang kita tujukkan dengan ibadah kita. Akhlak kepada sesama manusia berarti kita harus berbuat baik kepada sesama manusia tanpa memandang kepada siapa orang tersebut, sehingga kita mampu hidup dalam masyarakat yang aman dan tenteram. Akhlak kepada alam merupakan bentuk tanggung jawab dan rasa syukur kita kepada Allah dengan segala sesuatu yang Ia berikan, selain itu karena Allah telah menjadikan kita sebagai khalifah di muka bumi ini maka kita harus menjaga, melestarikan dan memanfaatkan segala yang ada di alam ini tanpa berlebih-lebihan.


















DAFTAR PUSTAKA


Asmaran A. S.,Pengantar studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo, 2003.
www.Ibid.com
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran, Jakarta: Amzah, 2007.









                                                                                                                                 















[1] M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran, (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 3

[2] Asmaran A. S.,Pengantar studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), hlm. 182

[3] Asmaran, op. cit, hlm. 183

[4] Ibid, hlm. 232

[5] M. Yatimin, op. cit. hlm. 232-233

No comments:

Post a Comment